Skip to main content

Masyarakat Apresiasi Keberadaan Perpustakaan MK dalam Indonesia Library & Publisher Expo 2009

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website.BeritaInternalLengkap&id=3425

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono

Masyarakat memberikan apresiasi positif terhadap keikutsertaan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam Indonesia Library & Publisher Expo 2009 yang berlangsung 17-25 Oktober 2009 di Istora Senayan, Jakarta. Hal tersebut dapat dilihat melalui buku tamu dan komentar pengunjung yang datang ke stand Perpustakaan MK.

“Keikutsertaan Perpustakaan MK, selain menunjukkan partisipasi dalam usaha memajukan kecintaan terhadap buku dan perpustakaan, juga memberikan ruang bagi masyarakat umum untuk mengenal MK,” ujar salah seorang pengunjung, Tri Sulistianing Astuti .

Pada hari terakhir expo (25/10) yang dapat dikatakan puncak kedatangan pengunjung, stand Perpustakaan MK tenyata menjadi persinggahan utama karena selain tampilan stand menarik dan bagus, setiap pengunjung juga akan diberikan suvenir tas MK yang di dalamnya berisi sejumlah buku.

“Leaflet yang disediakan meliputi leflet MK, katalog online Perpustakaan Hukum dan Konstitusi, Pusat Informasi Hukum, sekilas Perpustakaan MKRI, serta buku Profil Mahkamah Konstitusi,” jelas Rumondang, pustakawan MK yang bertugas menjaga stand.

Menurut Rumondang, pengunjung pun dapat mencoba katalog dalam jaringan atau daring (online) Perpustakaan Hukum dan Konstitusi dalam laman MK melalui komputer yang disediakan di stand tersebut. Selain itu, bagi para pengunjung yang berminat memiliki cinderamata khas MK dan buku-buku karya para hakim MK, juga dapat membeli buku terbitan Konstitusi Press (Konpress) tersebut di stand MK.

Comments

Popular posts from this blog

Ichibangase Yoshio, Bayang-Bayang Kemerdekaan Indonesia

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono Saat ini sulit untuk mengetahui keberadaan Ichibangase Yoshio, padahal pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, dia adalah orang yang memiliki jabatan yang penting. Ichibangase Yoshio (namanya dengan menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan [EYD] adalah Itibangase Yosio) berkebangsaan Jepang dan menjadi Ketua Muda ( Hoekoe Kaityoo ) atau Wakil Ketua Dokuritu Zyunbi Tyosa Kai atau Badan Penjelidik Oesaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). BPUPK adalah sebuah lembaga yang diumumkan mula keberadaannya pada tanggal 1 Maret 1945 oleh Panglima Tentara Jepang, Kumaciki Harada yang pengangkatan pengurus dan anggota diumumkan (dilantik) pada 29 April 1945 oleh Yuichiro Nagano (pengganti Harada) bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang. BPUPK beranggotakan 62 orang dengan Ketua dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat, serta Wakil Ketua Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio (anggota istimewa) dan terdapat terdapat tujuh orang an...

Resensi: INTEGRASI TEORI HUKUM PEMBANGUNAN DAN TEORI HUKUM PROGRESIF

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono Judul Buku : Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif Penulis : Prof. Dr. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M. Penerbit : Genta Publishing Tahun Terbit : Maret 2012 Jumlah halaman : XVI + 128 halaman Berdasarkan pemaparan buku ini, sejak tahun 1970-an hingga saat ini, paling tidak terdapat dua teori hukum asli Indonesia yang mempengaruhi perkembangan kajian dan praktik hukum di Indonesia, baik pada pemikiran, pembuatan, penerapan, maupun pada penegakannya. Dua teori itu yaitu Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif. Teori Hukum Pembangunan diutarakan oleh Mochtar Kusumaatmaja, pakar hukum internasional dan juga mantan Menteri Kehakiman yang memasukkan teori tersebut sebagai materi hukum dalam Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I (1970-1975). Pandangan Mochtar intinya mengenai fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan nasional. Menurut Mochtar, semua masyarakat yang sedang membangun selalu ...

Laksamana Muda Maeda: Militer Jepang Pecinta Indonesia Merdeka

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono                 Rear Admiral Tadashi Maeda atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Laksamana Muda Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang sangat berjasa bagi proses kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Bahkan sebelum dia berkontribusi menyediakan kediamannya di Jalan Miyako-Doori 1, Jakarta (sekarang Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat) bagi para pemimpin Indonesia dalam mempersiapkan proklamasi kemerdekaan (sekaligus memberi perlindungan bagi para aktivis kemerdekaan), Maeda yang sejak tahun 1942 telah menjabat di Indonesia sebagai perwira penghubung antara angkatan darat (Riku) dan angkatan laut (Kaigun) sempat “mendirikan” suatu sekolah atau institut politik yang diberi nama Asrama Indonesia Merdeka (Ashram of Free Indonesia) pada Oktober 1944 bagi para pelajar terpilih (Soerojo, 1988:16; Mrazek, 1994:249). Lahir pada 3 Maret ...