Skip to main content

Rep. Hudgins hosts Indonesian delegates at State Capital


Monday, April 12 2010 - Zack Hudgins

A delegation of Indonesian political and community leaders visited the state Capital in Olympia, Washington on Friday, as part of an international exchange program designed to share ideas and foster goodwill and communication across the globe.

State Representative Zack Hudgins (D, Tukwila) hosted the three delegates as they met with his legislative colleagues and policy experts, including Secretary of State Sam Reed, Speaker of the House Frank Chopp and representatives from Governor Gregoire’s office. They discussed with them a wide range of topics, from the state’s voting process to our sources of alternative energy.

The delegates from Indonesia are taking part in a program through the American Council of Young Political Leaders (ACYPL), a program created in the 1960s to build bridges between diverse nations by exposing new generations of political leaders to different cultures, nations, and political systems. The Indonesian representatives visiting Washington are:

Mr. Lutfhi Eddyono - Special Registrar for Election Cases/ Assistant to the Registrar, Constitutional Court of the Republic of Indonesia

Mr. Sidratahta Mukhtar - Staff Member, Partai Demokrat Faction, Indonesian House of Representatives

Ms. Diah Pitaloka - Community Organizer, the Female Headed Household Empowerment Program (PEKKA Program)

“Sharing our state’s history, culture, and governmental process with our Indonesian counterparts has been a wonderful experience, and I hope it’s been rewarding for them,” said Hudgins. “Indonesia has seen major changes to its system of government in recent years. Anything we can do to help them transition smoothly, forging new relationships with partners in commerce and culture, will pay off dividends for both their country and ours.”

The delegates also spent time back in Hudgins’ 11th Legislative District, visiting the City of Tukwila, Highline Community College, and meeting with representatives from the City of Seattle and King County before taking in some local political action at the Democratic and Republican county conventions.

Hudgins was first chosen by the ACYPL along with five other young political leaders last October to participate in a 10-day political exchange program in India. He has also represented American interests abroad before, most recently in Baghdad, Iraq, mentoring the country’s new political leaders in charge of stabilizing their burgeoning democracy.

From the ACYPL:

Recognized by the U.S. Congress as a pre-eminent catalyst for introducing rising political leaders and policy makers to international affairs and to each other, The American Council of Young Political Leaders (ACYPL) is a bi-partisan, not-for-profit international exchange organization based in Washington, DC. Since its founding in 1966, ACYPL has, with generous support from the U.S. Department of State, corporations and individuals, conducted programs and exchanges with more than 90 nations, producing a global network of several thousand alumni. Former ACYPL participants include 38 sitting members of the U.S. Congress, six sitting U.S. governors and ambassadors, cabinet ministers and parliamentarians around the globe. For more information on ACYPL, please visit http://www.acypl.org.


http://newsroom.housedemocrats.wa.gov/zack-hudgins/rep-hudgins-hosts-indonesian-delegates-at-state-capital/

Comments

Popular posts from this blog

Ichibangase Yoshio, Bayang-Bayang Kemerdekaan Indonesia

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono Saat ini sulit untuk mengetahui keberadaan Ichibangase Yoshio, padahal pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, dia adalah orang yang memiliki jabatan yang penting. Ichibangase Yoshio (namanya dengan menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan [EYD] adalah Itibangase Yosio) berkebangsaan Jepang dan menjadi Ketua Muda ( Hoekoe Kaityoo ) atau Wakil Ketua Dokuritu Zyunbi Tyosa Kai atau Badan Penjelidik Oesaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). BPUPK adalah sebuah lembaga yang diumumkan mula keberadaannya pada tanggal 1 Maret 1945 oleh Panglima Tentara Jepang, Kumaciki Harada yang pengangkatan pengurus dan anggota diumumkan (dilantik) pada 29 April 1945 oleh Yuichiro Nagano (pengganti Harada) bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang. BPUPK beranggotakan 62 orang dengan Ketua dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat, serta Wakil Ketua Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio (anggota istimewa) dan terdapat terdapat tujuh orang an...

Resensi: INTEGRASI TEORI HUKUM PEMBANGUNAN DAN TEORI HUKUM PROGRESIF

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono Judul Buku : Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif Penulis : Prof. Dr. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M. Penerbit : Genta Publishing Tahun Terbit : Maret 2012 Jumlah halaman : XVI + 128 halaman Berdasarkan pemaparan buku ini, sejak tahun 1970-an hingga saat ini, paling tidak terdapat dua teori hukum asli Indonesia yang mempengaruhi perkembangan kajian dan praktik hukum di Indonesia, baik pada pemikiran, pembuatan, penerapan, maupun pada penegakannya. Dua teori itu yaitu Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif. Teori Hukum Pembangunan diutarakan oleh Mochtar Kusumaatmaja, pakar hukum internasional dan juga mantan Menteri Kehakiman yang memasukkan teori tersebut sebagai materi hukum dalam Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I (1970-1975). Pandangan Mochtar intinya mengenai fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan nasional. Menurut Mochtar, semua masyarakat yang sedang membangun selalu ...

Laksamana Muda Maeda: Militer Jepang Pecinta Indonesia Merdeka

Oleh Luthfi Widagdo Eddyono                 Rear Admiral Tadashi Maeda atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Laksamana Muda Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang sangat berjasa bagi proses kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Bahkan sebelum dia berkontribusi menyediakan kediamannya di Jalan Miyako-Doori 1, Jakarta (sekarang Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat) bagi para pemimpin Indonesia dalam mempersiapkan proklamasi kemerdekaan (sekaligus memberi perlindungan bagi para aktivis kemerdekaan), Maeda yang sejak tahun 1942 telah menjabat di Indonesia sebagai perwira penghubung antara angkatan darat (Riku) dan angkatan laut (Kaigun) sempat “mendirikan” suatu sekolah atau institut politik yang diberi nama Asrama Indonesia Merdeka (Ashram of Free Indonesia) pada Oktober 1944 bagi para pelajar terpilih (Soerojo, 1988:16; Mrazek, 1994:249). Lahir pada 3 Maret ...