Oleh Luthfi Widagdo Eddyono
Taufiq Ismail penyair “Tuhan Sembilan Senti” meluncurkan buku “Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit”, Rabu (14/5), di Aula Gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Peluncuran buku yang berisi himpunan karya Taufiq dalam rentang waktu 1953-2008 dan terdiri dari empat jilid tersebut dihadiri Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, para Hakim Konstitusi, A.M. Fatwa, Akbar Tanjung, Moerdiono, Hendro Priyono, Tarmizi Taher, Joop Ave, dan tamu undangan lain yang merupakan sastrawan/budayawan Indonesia dan penggemar sastra dan budaya.
Jimly Asshiddiqie dalam sambutannya mengungkapkan, betapa sastra dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan konsep keadilan. Peradaban tidaklah mungkin tumbuh dalam struktur sosial yang tidak berkeadilan. “Karenanya konstitusi Indonesia mengatur hal tersebut,” ujarnya.
Anis Baswedan yang menyampaikan pidato kebudayaan juga mengulas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang akan sangat sulit dicapai bila secara struktur ada kesenjangan yang luar biasa. “Taufik Ismail melalui puisi-puisinya telah secara tajam memotret situasi-situasi bangsa. Ada berderet-deret puisinya yang merupakan wake up call, untuk membangunkan kita agar melihat Indonesia dengan perpesktif masa depan”, ungkap Rektor Universitas Paramadina tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua MK, Laica Marzuki membacakan puisi karya Taufiq Ismail. Grup musik Bimbo juga melantunkan lagu yang liriknya merupakan karya penyair yang telah 55 tahun berkiprah dalam sastra Indonesia tersebut. Budayawan Emha Ainun Nadjib pun memimpin doa penutup.
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/berita.php?newscode=1490
Taufiq Ismail penyair “Tuhan Sembilan Senti” meluncurkan buku “Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit”, Rabu (14/5), di Aula Gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Peluncuran buku yang berisi himpunan karya Taufiq dalam rentang waktu 1953-2008 dan terdiri dari empat jilid tersebut dihadiri Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, para Hakim Konstitusi, A.M. Fatwa, Akbar Tanjung, Moerdiono, Hendro Priyono, Tarmizi Taher, Joop Ave, dan tamu undangan lain yang merupakan sastrawan/budayawan Indonesia dan penggemar sastra dan budaya.
Jimly Asshiddiqie dalam sambutannya mengungkapkan, betapa sastra dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan konsep keadilan. Peradaban tidaklah mungkin tumbuh dalam struktur sosial yang tidak berkeadilan. “Karenanya konstitusi Indonesia mengatur hal tersebut,” ujarnya.
Anis Baswedan yang menyampaikan pidato kebudayaan juga mengulas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang akan sangat sulit dicapai bila secara struktur ada kesenjangan yang luar biasa. “Taufik Ismail melalui puisi-puisinya telah secara tajam memotret situasi-situasi bangsa. Ada berderet-deret puisinya yang merupakan wake up call, untuk membangunkan kita agar melihat Indonesia dengan perpesktif masa depan”, ungkap Rektor Universitas Paramadina tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua MK, Laica Marzuki membacakan puisi karya Taufiq Ismail. Grup musik Bimbo juga melantunkan lagu yang liriknya merupakan karya penyair yang telah 55 tahun berkiprah dalam sastra Indonesia tersebut. Budayawan Emha Ainun Nadjib pun memimpin doa penutup.
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/berita.php?newscode=1490
Comments